oleh: Marinus Mesak Yaung
Berita Injil adalah lambang dari kekuatan Allah ( power of God) yang sanggup menyelamatkan dan mengubahkan hidup seseorang maupun nasib sebuah bangsa.
Itu sebabnya, ketika injil dijadikan fondasi membangun negara dan peradaban suatu bangsa, maka bangsa dan negara tersebut, pasti akan kuat dan menjadi berkat bagi bangsa – bangsa lain.
Amerika Serikat adalah negara yang para pendiri bangsanya ( founding fathers) seperti George Washington, John Adam, Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton, adalah anak – anak Tuhan, yang ketika mereka mendirikan negara Amerika Serikat tahun 1776, mereka menjadikan Injil atau Bible sebagai panduan dan rujukan utama menyusun konstitusi AS dan Deklarasi kemerdekaannya. Banyak pengamat hubungan internasional sampai sekarang masih meyakini bahwa konstitusi AS adalah Injil internasional
Demikian pula kisah tentang, para pendiri negara Vanuatu. Para pendiri negara ” New Hebrides ” Vanuatu ( founding fathers ) seperti Walter Hyde Lini, Donald Kapolkas, Barack Sope, Sethy Regenvanu, Joe Natuma, dan Edward Natipei, adalah para sarjana theologia lulusan sekolah seminari theologia Honiara, Solomon Islands dan Selandia Baru.
Walter Lini, dan para pendiri negara Vanuatu, meletakkan fondasi Injil sebagai dasar proses dekolonisasi bangsa Vanuatu yang sulit dan berat untuk lepas dari penjajahan model sistem condominium. Sistem penjajahan paling buruk di dunia, karena satu wilayah koloni, dijajah oleh dua bangsa kolonial sekaligus.
Dengan kekuatan Injil, meskipun Vanuatu saat itu miskin dan tidak punya uang untuk modal perjuangan pembebasan, dan Perancis pun, berbeda pendapat dengan inggris dalam proses dekolonisasi, karena Perancis masih ingin menjajah Vanuatu, namun ketika hati para pendiri negara Vanuatu dibangun di atas kekuatan injil, maka kemerdekaan Vanuatu bisa dicapai pada tanggal 30 Juli 1980.
Injil terbukti adalah kekuatan Allah. Yang sanggup mengubah dari yang tidak mungkin menjadi mungkin. Karena itu, ketika injil mendarat dengan tepat di hati orang Papua, maka perubahan hidup pasti terjadi dan peradaban bangsa Papua akan dimuliakan dan dihormati di dunia.
Sudah 70 tahun Injil mendarat ke Lembah Baliem, Jayawijaya. Tokoh adat pertama yang menerima para misionaris yang membawa berita Injil adalah Ukumhearik Asso. Kepala suku Asso menerima Injil di kampung Hitigima, menurut catatan sejarah yang saya baca.
Tepat pada tanggal 20 April 1954, Ukumhearik Asso, membuka hati dan hidupnya, bersama sukunya untuk menerima Injil Yesus Kristus di Hitigima, Lembah Baliem, Jayawijaya. Jadi sudah 70 tahun Injil mendarat di lembah Baliem.
Dimana ada kebenaran berita injil ditaburi dan mendarat dengan tepat di hati manusia, maka dampaknya akan tumbuh damai sejahterah, ketenangan dan ketentraman untuk selama – lamanya. Yesaya 32:17 ” Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya. “
Doa saya, di hari peringatan 70 tahun Injil mendarat di lembah Baliem, biarlah Injil mendarat di landasan hati manusia Papua dengan tepat. Sehingga kota Wamena dan Provinsi Papua Pegunungan, bisa bangkit menjadi inspirasi menghadirkan surga di bumi.
Menghadirkan damai sejahterah, ketenangan dan ketentraman hidup untuk semua anak bangsa. Sehingga kota Wamena bukan lagi kota kerusuhan, kota kekerasan berdarah, dan kota pusaran konflik dan kekerasan politik, namun menjadi ” Taman Eden ” untuk semua umat manusia yang mendiaminya.
Selamat merayakan 70 tahun Injil masuk di Lembah Baliem, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan pada hari ini, sabtu, 20 April 2024. (admin)