Jayapura,- Perubahan Iklim mulai dirasakan dampaknya kepada masyarakat. Hal ini juga terjadi kepada masyarakat adat Skouw Yambe , Kota Jayapura. Perkumpulan Kowaki Tanah Papua pada Kamis (31/2025) melakukan konsultasi studi cepat dan pemutaran film dampak perubahan iklim kepada masyarakat adat.
Teresia Ramela menyampaikan tentang bagaimana anak-anak muda kini semakin jauh dari budaya. ” Budaya juga bagian dari kita yang selama ini ada sejak moyang. Dan dengan budaya tradisi kita telah diajarkan bagaimana hidup menjaga alam dengan baik. Tapi kadang masih ada orang yang mau merusak alam,” ujar Teresia Ramela.
Dirinya berharap bahwa anak-anak muda kembali menggali budaya dan tradisi yang kini mulai hilang karena adanya budaya luar yang masuk atau jaman modern ini.
Dalam presentasi yang disampaikan Yason Ngelia, terdapat dampak berupa kerugian material dan non material. ” Dampak materi yakni sumber ekonomi yang terancam (Kelapa dan Pinang), dusun Hutan Sagu berkurang, Hilangnya Hutan alam dan kayu besi, Kerusakan banyak atap rumah karena angin, hilangnya tanah adat karena abrasi, mata pencaharian menurun dimusim cuaca laut ekstrim.” ujar Yason Ngelia.
Disampaikan juga tentang dampak non ekonomi yakni berupa interaksi sosial semakin berkurang karena sibuk mengatasi dampak dan juga sibuk mencari tambahan ekonomi, lalu vegetasi Pantai yang berubah (abrasi pesisir pantai), masalah kesehatan, terancamnya habitat Penyu di Skouw Yambe. “Bahkan kami dapatkan informasi bahwa pesisir pantai telah bergeser ke daratan sejauh kurang lebih 100 meter, karena abrasi,”ujar Yason Ngelia.
Kegiatan konsultasi publik hasil studi cepat dengan pemaparan materi juga diputar film dokumenter yang diproduksi Kowaki Tanah Papua. Dalam film tersebut menggambarkan tentang masyarakat adat Skouw Yambe yang bertahan dari dampak krisis iklim utamanya abrasi pantai dengan narasumber Pdt. R.Olua, STh, Yason Ngelia , Teresia Ramela (admin)