Jayapura, – Dalam rangka menyambut Hari Relawan Sedunia yang jatuh pada tanggal 05 Desember maka volunteer Greenpeace Indonesia Base Jayapura melakukan kegiatan nonton bareng (nobar) dan diskusi Bersama di Asrama Putri Nabire, Waena pada Kamis, (04/12/2025). Kegiatan nobar dan diskusi ini diinisiasi oleh volunteer Greenpeace Indonesia Base Jayapura dengan menghadirkan tiga orang pemantik.
Engelbertus Werre menyampaikan bahwa mereka melakukan nobar dan diskusi dengan tujuan mengingatkan anak – anak muda Papua agar lebih peka terhadap kerusakan hutan termasuk hutan alam yang terjadi di atas Tanah Papua. “Memperjuangkan dan melindungi hutan Tanah Papua dari industry ekstraktif dan para oligarki yang massif membongkar hutan dan menindas masyarakat adat” ujar Engelbertus Werre, Kordinator Volunteer Greenpeace Indonesia Base Jayapura. Ditambahkan dirinya mengajak anak muda adat dan mahasiswa bergandengan tangan mempertahankan hak-hak masyarakat adat dan melindungi hutan tanah Papua. Sekaligus dalam rangka peringatan hari relawan sedunia yang jatuh pada tanggal 05 desember nanti.
Aksa Hamadi , Aliansi BEM Se Tanah Papua menjelaskan tentang pentingnya mahasiswa untuk memperkuat kapasitas diri mereka. Dan menyoroti persoalan industrik ekstraktif misalnya ketika suatu area dibuka pertambangan ataupun perkebunan kelapa sawit , perusahaan tidak akan memikirkan perasaan ataupun masa depan masyarakat adat pemilik hutan – dusun. ” Mereka tidak akan mempentngkan kalian punya perasaan atau pun masa depan kalian seperti begitu. Jadi kalau sampai mahasiswa hanya diam, tentu kalian punya tanah atau kalian punya orang tua dikampung dapat dibodoh – bodohi oleh orang-orang perusahaan. Jadi mahasiswa itu harus kristis. Harus melihat persoalan di kampung kalian. Karena mahasiswa adalah agen perubahan dan garda terdepan masyarakat adat” ujar Aksa Hamadi. Ia melanjutkan jangan menggunakan asrama untuk acara pesta saja tapi bangun untuk penguatan kapasistas, gunakan asrama untuk membangun pikiran – pikiran positif yang mengkritik dan juga memberikan solusi
Dan sesi ini Yustina Butu menjelaskan tentang kegiatan Forest Defender Camp yang kemudian melahirkan deklrasi Sira. “Deklarasi Sira adalah rangkuman poin-poin penting dari perwakilan anak muda adat Papua dari Tanah Papua. Mereka berkumpul dan melakukan anlisa konteks kekininan misalnya tentang kondisi masyarakat adat, hutan Papua , regulasi pemerintah dan beberapa topik lainnya,” ujar Yustina Butu, volunteer
Ditambahkannya bahwa terdapat poin-poin dari Deklarasi Sira dan perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak, diantaranya pengakuan dan perlindungan efektif terhadap batas-batas wilayah adat dan hak atas tanah adat,dan sumberdaya alam;persetujuan atas dasar informasi awal tanpa paksaan (padiatapa);, hak untuk mempertahankan identitas budaya dan spiritual serta penentuan nasib sendiri. Mendesak pemerintah untuk mempermudah proses dokumentasi dan administrasi dalam proses pengakuan masyarakat adat serta memberikan kendali penuh bagi masyarakat adat untuk mengatur dan menggunakan sumber daya termasuk pendanaan dan alat penunjang lainnya untuk kepentingan masyarakat adat.
Deklarasi Sira dihasilkan dari kegiatan Forest Defender Camp yang diinisasi oleh Komunitas Sadr Yet Yifi, Bentara Papua dan Greenpeace Indonesia yang diikuti oleh 89 orang perwakilan Masyarakat Adat yang berkumpul di Kampung Sira, Distrik Saifi, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat Daya, Wilayah Adat Tehit Knasaimos, mewakili komunitas dan masyarakat adat dari lima negara di empat wilayah, pada acara Forest Defender Camp yang diselenggarakan pada 23–26 September 2025 lalu.

Yustina Butu menambahkan bahwa kegiatan nonton bareng dan diskusi serentak dilakukan oleh volunteer Greepeace Indonesia Base Sorong, Jayapura dan Merauke dalam rangka menyambut hari Relawan Sedunia yang jatuh pada tanggal 05 Desember. ( Jack Anumbon).
